This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 29 April 2014



Bermulai ketika libur kami bertemu di acara liburan ke gunung bromo yang diadakan sebuah tempat kursus, sebelumnya kami tidak mengenal satu sama lain hanya sesekali bertatap muka saling berpandangan dan sedikit berbicara, hari itu dia terlihat lebih banyak diam dan berbicara kepada teman temannya saja tapi justru karena dia diam itu entah mengapa membuatku tertarik. Pertemuan berakhir hari itu karena harus pulang dan berbeda jalan menuju kos kosan.
Keesokan harinya lagi lagi aku bisa melihat dia cowok diam itu cowok yang merebut semua pandangan ku hanya tertuju padanya tapi sayang setelah hari itu keesokan harinya dia pulang ke kota asalnya karena masa kursusnya yang telah habis dan entah ada keajaiban apa aku bisa mengantarkan ke stasiun melihat wajahnya di menit menit terakhir melihat senyum dan tawanya yang sangat aku sukai dan aku rindukan hingga hari ini.
Keesokan harinya ketika dia sudah berada di rumah tanpa disangka dia menghubungi ku lewat jejaring sosial karena sebelum dia pulang kami sempat bertukar nama di jejaring sosial. Akhirnya sejak saat itu kami berkomunikasi melalui sosial network itu setiap hari sampai ketika suatu hari jaringan di sekitar ku kurang mendukung untuk membalas pesannya kemudian aku menawarkan kepadanya untuk mengirim sms saja dan akhirnya kami bertukaran nomer hp dan berganti menjadi komunikasi via sms, setiap hari dipenuhi canda tawa bahkan tak jarang orang orang mengatakan isi sms kami lebih mirip seperti novel karena selalu panjang dan penuh tawa.
Tanpa disadari sudah 2 minggu sejak kepulangannya ke kota asalnya dan aku pun memiliki kesempatan menyusulnya hanya bermodalkan nekat dan buta perjalanan aku berangkat dari stasiun kediri kota menuju bandung yang ditempuh selama 14-15 jam, namun bukan takut yang aku rasakan ketika berangkat mengingat karena baru pengalaman pertama aku berangkat sendiri melainkan aku membayangkan bahagianya ketika bisa bertemu dengannya nanti rasa takut itu seolah olah sirna walaupun masih ada.
Keesokan harinya subuh aku tiba di bandung kemudian menyusuri jalanan menuju tempat teman ku hanya bermodalkan informasi. Besoknya kami pergi ke sukabumi setelah berjalan jalan sebentar di bandung karena macet perjalanan itu ku rasakan cukup panjang hanya untuk bertemu seseorang yang bukan siapa siapa kala itu.
Kami tiba malam hari dan langsung bertemu di salah satu tempat makan walaupun dia terlambat dan membuat ku cemas namun beberapa saat kemudian kamu datang dengan senyum yang khas iya senyum itu yang selalu aku rindukan dan selalu ingin aku lihat. Besoknya kita menghabiskan waktu seharian dari siang sampai malam kita main, makan, solat bareng, makan es krim bareng semuanya terasa sangat manis walaupun cuma sehari namun saat itu tidak sesuai dengan bayanganku yang bisa bebicara banyak denganmu, kamu mengacuhkan ku dan membiarkan ku berjalan seorang diri, saat itu yang aku pikirkan hanya “apakah kamu tidak bisa merasakan kesempatan langka untuk bertemu dengan ku ini sehingga kamu sia siakan?” aku pun mulai bertanya tanya namun saatnya malam itu aku harus kembali ke bandung karena besoknya sudah harus kembali ke pare, kediri. Tentunya pulang dengan sedikit rasa kecewa namun semua itu tidak terlalu mengangguku dibandingkan dengan bisa melihat senyumnya.
Kedekatan kami pun berlanjut seperti biasa berkomunikasi lewat sms dan banyak yang kami lalui bersama dari ulang tahun ku via sms, semangat tes masuk universitas via sms, takecare ketika aku pulang kebanjarmasin via sms, lebaran via sms, take care keberangkatan dia mengunjungi kakaknya di jerman via bbm dan jujur saat itu aku merasa sulit berkomunikasi dengannya dikarenakan perbedaan waktu dan kami hanya mengirim pesan 1 hari 2 kali tapi tetap dilewati dengan penuh canda alhamdullilah.
Sekitar 2 bulan kami dekat akhirnya september sebelum dia ulang tahun dia mengutarakan perasaannya dengan cara yang lucu menurutku yaitu:
“aku mau tanya boleh ?”
“nanya apa? Tanya aja” aku menjawab
“selain dengan ku apa kamu juga dekat dengan cowok lain ?”
“tidak memang kenapa?” jawabku dengan bingung kemudian bertanya lagi
“kalau ld nya pakai r kamu mau ?”
“maksudnya?” tentu aku kurang mengerti dengan pertanyannya
Akhirnya dia menjelaskan “kalau long distance nya pakai realitionship?”
Tidak butuh waktu lama aku langsung menjawab iya tentunya hari itu hari yang paling bahagia, lucu, cemas dan ragu.
Ragu karena sekarang kami menjalani ldr, apa kami bisa? Apa dia bisa menjaga hatinya untukku? Semuanya menggangu pikiranku ditambah lagi dengan rasa kangen ku yang terkadang memuncak hingga sering aku menetes air mata tanpa diketahuinya belum lagi ditambah omongan omongan orang yang berkata padaku
“kenapa mau ldr?”
“yang dekat aja bisa selingkuh apalagi yang jauh loh”
“ldr itu sama aja kaya jomblo loh”
“disini banyak kok cowok yang lebih dekat dan lebih ganteng dari dia”
Tapi justru dengan pertanyaan pertanyaan itu yang membuat ku semakin kuat dan yakin tidak akan berpaling darinya apapun yang terjadi karena tidak mudah bagiku menjalani semua ini masa harus dihancurkan hanya karena alasan klise seperti itu aku takkan menyerah melawan jarak ini aku juga berharap dia sama karena kita tau kita kuat dan selalu semangat
Komunikasi memang hal yang paling diutamakan dan pertengkaran adalah hal yang paling kami jauhkan walaupun tidak mungkin kami tidak pernah membuat kesal namun kembali lagi karena kami jauh masa iya kami harus bertengkar bukankah itu akan menambah sulit keadaan dan kami mencoba terbuka satu sama lain dan selalu memaafkan kami mampu berjuang bersama apapun yang terjadi nanti insyallah karena pada dasarnya tidak ada hubungan yang berjalan baik baik saja apalagi ldr .
-harapku kita bisa bertahan dan berjuang bersama dan takkan terpisah apapun yang tejadi kelak dan aku harap cintamu juga sebesar cintaku sayang



Mentari bersinar terang, aku pun bergegas mandi dan langsung melaksanakan shalat subuh. Yaa, itu kebiasaan aku setiap pagi, lalu aku bersarapan bersama ayah dan bunda ku lalu, setelah itu, aku pun berangkat sekolah.
Di sekolah
Yaa.. aku suka dengan teman sekelasku, Sebut saja namanya, Irsyad. Ya menurutku, dia baik, sholeh. Tapi, sahabatku juga menyukainya, ya itulah ceritanya.
Disaat aku masuk kelas, aku dikejutkan dengan berita dari temanku.
“Ehh.. lif, lu tau gak, Si Irsyad kan baru jadian sama Anya loohh..” Kata temanku
“Iya? Oh.. ya udah atuh.. selamat aja, aku juga ikut bahagia” Jawab aku, sebenarnya, hati aku hancur berkeping-keping pas tau dia jadian sama sahabat aku sendiri.
Sehabis itu. aku langsung ngucapin selamat sama sahabatku ya.. dia Anya
“Selamat ya Anya, semoga langgeng” mata aku mulai berkaca-kaca, lalu tanpa mendengar jawaban Anya, aku langsung bergegas keluar kelas, lalu ke kamar mandi, supaya tidak ada satu pun orang yang melihatku menangis.
“Yaa, kasihan banget ya, gue, ell.” Jelasku terhadap Elida, ya elida juga sahabatku, dia selalu ngedengerin curhatan curhatan aku.
“Udah lif, kamu gak boleh sedih, Kan kamu cewek yang tegar, ramah, murah senyum, masa cuman gara gara ini aja, kamu nangis?” jelas Elida
“Tapi ell, aku gak kuat ell, sahabat aku sendiri kayak gini sama aku, apa aku gak pantes dicintai ya?”
“Kamu pantes kok lif, udah, kamu jangan sedih terus.”
“iya ell. makasih nasihatnya”
2 minggu pun berlalu..
Ternyata, Irsyad Putus sama Anya..
Baru juga masuk ke kelas, elida sudah memanggilku.
“Alifia, alifia” teriak elida
“Ya.. ada apa ell? Teriak teriak?”
“Si Irsyad udah putus noh, sama si Anya.”
“Iya? ya Allah, terus si anya nya gimana?”
“Udahlah gak usah mentingin dia lif, dia kan udah bikin kamu sakit hati, kamu kok masih aja belain dan peduli sama dia?”
“Ell.. bagaimanapun, dia sahabat aku ell”
“Sahabat macam apa dia, nusuk kamu dari belakang?”
“Udahlah biarin ell.. Kan itu udah berlalu..”
“Iya, lif kenapa kamu gak nembak Irsyad aja?”
“Gak ell.. gak bisa.. mana mungkin aku nembak dia, dia juga gak akan suka sama aku.”
“Coba ajaa.”
“Hai, Alifia.” sapa irsyad
“oh.. hai.. Ada apa? Tumben manggil.”
“Gak papa kok.”
“oohh..”
“Lif, memangnya kamu suka sama aku?”
DEG! jantung ini serasa berhenti sejenak.. Apa yang harus aku katakan sama Irsyad?
“Enggak kok Syad, lagian aku juga nyadar kok kalau aku gak pantes buat kamu.”
“Oh”
Cuma kata “Oh” saja?
Ya Allah.. rasanya hati ini remuk.
Keesokannya..
Ternyata Irsyad sudah tau kalau aku suka sama dia dari dulu.
Ya Allah, apa yang bakalan terjadi?
Ternyata benar, apa yang aku Fikirkan terjadi.
“Eh, lif jujur deh, lu suka kan sama gua?”
“Iya. Syad, tapi aku udah coba buat lupain kamu kok, aku nyadar aku gak pantes buat kamu, aku gak secantik Anya.”
“Oh.. bagus deh kalau kamu nyadar.”
“Iya.”
Ya Allah, ternyata? Dia? Astagfirullah, Irsyad, kenapa kamu tega kayak gini sama aku?
“Oke Syad, aku bakalan lupain kamu.”
“Kamu, aku bakalan lupain kamu, Syad walaupun ini berat buat aku, ini demi kebaikan kamu, Maaf Syad, aku pergi.”
Aku pun menangis setiap mengingat kejadian itu.
Aku menulis sebuah puisi untuk dia yang berjudul “Kamu”
“Kamu”
Hey.. iya, kamu.
Kamu kenapa sih jauhin aku?
Aku tau kok, aku gak sempurna..
Aku jelek.. Gak seperti dia..
Aku tau..
Tapi, apakah ini jawaban atas semua rasa sayang aku ke kamu?
Iya Syad, aku juga bakalan berusaha melupakan mu ..
Walaupun menurutku, melupakan mu butuh waktuku seumur hidup.. aku bakalan berusaha..
Makasih Syad, atas luka yang telah kau beri
Makasih Syad
Maafkan atas perasaanku ini
Maaf.. Aku pergi
Pergi dengan serpihan hati yang patah karenamu
Alifia
Cerpen Karangan: Alifia Rahma
Facebook: Alifia Rahma (Smile)
Hay.. Namaku Alifia Rahma,Aku baru kelas 8 Smp :) Ini pertama kali nya aku membuat cerpen yang di post kan ke internet :) sebenarnya sihh, masih banyak cerpen karya aku yang tidak di post kan ke internet. Ini berdasarkan kisah nyata yang aku alami sendiri. :) Semoga kalian senang dengan novel karya kuu :) Thanks You :)


Mungkin pada saat mulutku berkata “aku tak bisa”, hatiku terasa memberontak dan sakit. Tapi kenyataan memaksaku untuk berkata seperti itu, aku merasa tidak ada lagi jalan yang dapat kutempuh, bahkan jalan yang selama ini kuanggap terang, seketika menjadi gelap, karena aku tahu tidak ada hatimu lagi disana.
Setiap hari aku selalu bertanya “Adakah kau menangis juga sama sepertiku? Adakah kau melihat bulan yang sama, di bawah langit malam ini, sama sepertiku?”
Ini membuatku merasa menyerah, bukan menyerah untuk menunggumu, tetapi aku menyerah pada sebuah kenyataan bahwa kau disana, tidak sedikit pun berpikir tentangku. Mungkin aku tidak benar-benar tahu bagaimana perasaanmu kepadaku, tapi ada sesuatu yang lain berbicara padaku, meski hati dan pikiran ini berusaha menolaknya.
Ya sesuatu itu, yang kutolak sekaligus kukagumi dan bahkan kuinginkan untuk menjadi milikku.
TING!!!
“Wahh, masih ada juga yah yang mau nginbox gua. Bukannya semua orang gak ada yang benar-benar peduli”
Kuarahkan jemariku pada sesuatu yang bertuliskan Inbox(1).
Dan ternyata, sesuatu yang tidak kukenal namanya, mengirimkan sesuatu.
“Kak, kayaknya aku satu sekolah sama kakak deh?”
Aku memang sempat berpikir lama, siapa dia ini, mengapa sapaannya begitu akrab, aku tak habis pikir.
“Seriusan dek? Berarti bareng dong nih?”
“Iya kak, oh iya kakak kelas berapa memang?”
“Oh, itu. Aku sekarang kelas 12”
Perasaan yang aneh muncul, setelah mataku melotot terlalu lama untuk menunggu balasan, pikiran aneh kembali lagi “Ada apa ya sama anak ini, Cuma balasan inbox aja gua nunggu sampai jantung mau copot gini sih!”
TING!!!
Langsung saja aku berlari menuju sumber bunyi itu, yang kupikirkan hanyalah aku harus membalasnya, aku tidak ingin kehilangan momen percakapan dengan anak misterius ini. Aku ingin tahu lebih dalam.
“Kakak jurusan apa sih?”
“Saya jurusan IPA dek hhhh?”
“Nanti saya mau masuk jurusan MTK deh kak, ada gak sih?”
“Hhhh, kalo MTK gak ada dek, yang ada Cuma IPA sama IPS dek”
“Yahhh, sial, berarti gua ditipu dong?”
“Sudahlah, yang penting belajar yang rajin buat dapetin apa yang kamu pengen, pokoknya saya mendukung kamu lah dek”
Tak kusadari ternyata tanganku bergetar dan keringatku keluar membasahi sekujur telapak tangan, aku terlalu gugup hanya untuk membalas inbox nya. Ini seperti sedang berinteraksi dengan makhluk yang tidak kuketahui apa dan darimana asalnya.
Sudah lumayan lama aku menunggu balasan darinya, tetap disertai dengan gemetaranku yang tidak kunjung berhenti. Dan hingga larut malam, tak ada satu balasan yang datang dan membuatku kembali gemetaran.
Yang selalu aku pikirkan selama 2 hari ini adalah, bagaimana aku nanti jika bertemu dengannya, bisakah aku berteman dengannya.
Selama ini aku selalu berfikir “Ini bukanlah dunia nyata, ini hanyalah dunia buatan, semua orang dapat membuat pribadi mereka sendiri”
Dengan rasa penasaran yang amat sangat, aku membuka laptop ku, aku berencana berkunjung ke rumah seseorang dan mampir ke berandanya.
“Ayo dong connect, lama amat ya, harus cepet-cepet tau ini”
Aku memang selalu tertarik pada kepribadian seseorang. Aku memang banyak belajar tentang kepribadian, baik dari dunia nyata dan dunia tidak nyata.
“Siiip lahh, langsung kita meluncur”
Tidak butuh waktu yang cukup lama, akhirnya aku bisa masuk inbox yang membuatku menjadi anak aneh.
“Ouuww, itu dia namanya, tinggal copy terus paste di kotak pencarian”
Aku lakukan semua itu, semua yang ada di otakku. Dan aku sampai di rumahnya yang terbilang cukup indah. Ya, benar cukup indah, karena dihiasi foto profilnya yang tidak pernah kukenal sebelumnya.
“Sekarang lihat aboutnya”
“Ya ampun ternyata kita satu SMP, dan kamu punya ketertarikan yang sama, sama gua. Well, mungkin kita bisa berteman akrab nih nanti, semoga aja deh”
Sontak aku kaget, ternyata aku berbicara sendiri, aku tidak pernah melakukan itu, meskipun aku orang yang tertutup dan tidak pernah terbuka.
Mungkin aku senang dengan kepribadianku, yang tidak semua orang mengetahui, begitupun aku, aku sangat tertarik dengan kemisteriusan, dan berusaha mencari jawaban. Atau mungkin karena ketertarikan ku itulah yang membuatku menjadi misterius, menurutku.
Hampir seharian aku selalu melihat ke dalam rumahnya, tetapi tetap saja tidak ada tanda-tanda kehidupan. Dan
TING!!!
“Iya kak, oh iya kak, besok tanggal 9 bawa apaan ya ke sekolah?”
“Wahh kalo itu kakak kurang tau juga dek, ntar ya aku tanyain temen aku dulu”
“Oke kak, tolong ya kak”
Aku langsung mengetik pesan singkat dengan cepat. Dan seketika sesuatu berngiang di kepalaku “Ternyata dia bukan tidak membalas pesan itu, dia hanya sudah pergi”
Lama aku menunggu balasan pesan singkat temanku itu.
Aku melihatnya masih on dan aku merasa bahagia melihat titik hijau itu masih menyala di tab buddy list ku.
Dan akhirnya.
“Tanggal 9 bawa alat-alat kebersihan bro”
“Ok, thanks lah ya bro”
“Ok sama sama lah?”
Langsung saja ku berpindah ke sisi lain handphone berpindah tasks dengan hati hati, lalu aku mengetik.
“Ini dek, katanya besok tanggal 9 bawa alat kebersihan, apa aja terserah”
“Oh gitu ya kak, kata temen aku sih juga gitu, tapi aku gak yakin sama anak itu, ya udah, makasih banyak ya kak”
“Sama-sama dek berjuang ya, hhhhh”
Hanya sedikit hari ini dapat kulihat dari anak ini, semuanya masih kurang cukup, aku harus mengetahui lebih dalam lagi.
Lagi, aku mampir ke rumahnya, dan mengingat-ingat gambar wajahnya, mungkin aku bisa mengenalnya lebih dalam.
Dan tiba saatnya hari pertama dimana aku dapat bertemu dengan sosok misterius ini, waktu dimana yang selalu aku tunggu selama beberapa minggu ini.
Tetapi hingga akhir jam sekolah aku tidak dapat menemukannya. Dan dengan mata yang hampir berair aku melihat sebuah wajah yang rasa-rasanya sangat familiar dan benar-benar kukenal. Dialah orangnya, orang yang benar-benar ingin kutemui. Tetapi semua berlalu begitu cepat, terlalu cepat untuk menghilang.
Tetapi saat-saat itu sangatlah berharga, aku takkan bisa melupakannya, selama 2 tahun yang cukup panjang bagi seseorang untuk melupakan yang lain, dan aku tersadar bahwa 2 tahun itu memaksaku untuk melupakannya sosoknya.
Aku benar-benar terkejut, ternyata dialah orang yang pernah aku lihat dan mungkin selalu aku perhatikan.
Aku merasa bersalah dengan melupakannya, dan bertemu disaat aku tidak mengingat apa-apa tentangnya.
Semakin aku mencoba mengingat sebuah bintik kecil kenangan, semakin aku tergelincir ke dalam kesesakan yang membuatku lupa akan hal itu.
Libur yang panjang setelah pertemuan itu, selalu aku habiskan dengan berpikir bagaimana ini bisa terjadi.
Dan bahkan hingga sekarang aku tak dapat berkata ataupun menyapanya. Aku merasa takut akan sebuah kehilangan, tetapi tanganku terlalu takut untuk menggenggam agar aku tak kehilangan.
Aku hanya berani menatapnya dari dalam jendela kelas yang membatasiku dengannya, aku hanya mampu melihatnya dari kejauhan, tanpa berani berkata “hei”.
Aku bahkan tidak tahu, apakah dia menyadari akan keberadaanku ini. Aku selalu menulis, dan aku membuat pesan di dalamnya. Tetapi apakah pesanku tersampaikan dengan baik kepadanya? Aku tidak mengerti, dan aku mungkin tidak akan pernah mengerti.
Apa ini semua? Untuk apa semua ini terjadi?
Tiap kali aku melihat ke arahmu, ada sesuatu yang kukirimkan dan berharap kau menerimanya, dan aku mendapatkan sebuah reply yang kuharapkan. Yah, tapi tidak semua terjadi secara menyenangkan. Yang aku dapatkan memanglah setimpal, tapi sesuatu yang ku kirimkan itu, kau tidak menerimanya. Semua ini semakin membuatku yakin akan sesuatu tentang dirimu. Dan itu semua akan menjadi kenangan yang benar-benar nyata bagiku.
Aku hanya dapat mengagumimu, hanya sebatas itu. Karena aku pun tahu, mungkin kau takkan pernah bisa membuat tempat disana untukku, di hatimu.



Namaku Jonatan teman-teman sering memanggilku dengan sebutan Joe, aku tinggal di sebuah komplek dan memiliki banyak sahabat tapi tiba-tiba aku memiliki kendala dengan sahabat-sahabat ku ini terutama kepada Harris, dia memang awalnya baik dan alim layaknya berteman biasa tetapi makin kesini dia semakin sering membuat onar.
Kemarin dia membuat teman-teman menjadi saling tuduh, tak tahu apa tujuannya seperti ingin membuat kami semua hancur dengan cara mengadu domba semuanya. kemudian aku membicarakan kembali tentang kejadian ini kepada Harris
“hai Ris lo tau siapa yang bikin temen-temen kita jadi berantem?”
“tau! Itu gue iseng aja kok hahahaha…”
“lo hebat banget ya sampe-sampe bisa bikin temen-temen kita jadi berantem!, dan dengan santainya lagi. siapa aja yang udah tau hal ini?”
“deni, radit sama rakha, lagi biasa aja kali udah gak papa ini kan”
“gak bisa lah, lo jahat namanya!”
Pembicaran terus berlanjut, memang sih sifat Harris sama sepertiku keras kepala jadi dia tetap membela diri dengan kata-katanya yang tak dapat dipercaya.
Keesokan harinya aku datang ke rumah Radit sebenernya sih untuk berkunjung dan menanyakan hal ini berdua saja dengannya tapi tanpa disengaja Deni datang, apa boleh buat akhirnya kami membicarakannya bertiga. Saat radit kutanyakan hal ini.
“ngga, gue nggak tau menau kalau orang misterius itu si Harris”
“gue juga loh biarpun dulu Gue deket sama dia tapi gue gak tau”
“apa yang bener? keaadanya udah ibarat parasit di tengah-tengah kebun bunga mawar yang indah, dengan ini gue tau dia emang gak bisa dipercaya lagi!”
Saking emosinya aku berkata begitu dalam hati aku berkata “Harris maafkan aku, aku tak bermaksud berkata seperti itu”. memang tekadang dia baik dan mau membantuku tapi apa yang dia lakukan belakangan ini membuatku menjadi kesal kepadanya sehingga membuat ku berpikir lagi apa pantas dia dipanggil sahabat, atau hanya teman bahkan mungkin musuh atau bisa jadi penghianat besar?. Itulah tanda tanya besar di kepalaku saat ini.



Ini adalah kisah hidup ku, 4 tahun yang lalu ku kelas ix ketika pertama kali ku bertemu dengan kekasih ku. Dia kakak dari seorang teman ku, dulu aku iseng meminta no hp, padahal dia sudah bilang kalau hpnya itu 1 berdua dengan kakak nya, tapi aku tetap maksa untuk meminta no hp nya, entah kenapa aku memaksa dia.
Pada tahun 2009 terjadi gempa besar di kota ku (maaf kalau tak aku sebutkan nama kotanya), aku menghubungi semua no ponsel yang ada di hp ku tanpa terkecuali, aku hanya ingin sekedar tau gimana keadaan semua teman teman ku yang sama sama terkena musibah gempa bumi. Dari sinilah awal cerita cinta ku dengan rio, kakak dari seorang teman ku.
Sore itu, kami bertemu dengannya di sungai dekat dengan rumah ku juga, untuk pertama kalinya ku bertemu dengan rio, aku sudah akrab dan merasa dekat sekali dengan dia. Entah kenapa perasaan ku damai bila dengan dia. Selang waktu berjalan, hubungan ku dengan rio tidak begitu mulus, karena alasan yang tak pasti. Entah karena status sosial atau karena sikapnya yang kurang baik karena dia bukanlah anak sekolahan. Dia hanya sekolah sampai kelas 2 smp, dia lebih memilih bekerja dari pada sekolah. Walau usia ku yang berjarak 6 tahun dari dia, aku tetap mempertahankan hubungan ini. Meski ini akan menyakitkan diri ku sendiri. Dia dari keluarga broken home dan aku pun juga pernah merasakan keluarga yang berantakan, memiliki seorang ayah yang selalu menyalahkan dan tak pernah benar aku di matanya. Sama dengan dia. Mungkin karena pengalaman yang sama dari keluarga berantakan aku melakukan kesalahan yang fatal, tapi tak sampai disitu saja perjalanan hidup ku. Aku masih berusaha utuk melanjutkan sekolah dan membanggakan orangtua ku walau rintangan yang berat harus ku tempuh. Tapi entah kenapa aku berkata jujur kepada orangtua ku tentang apa yang aku alami, bukan hal yang baik terjadi, tapi hubungan ku malah ditentang oleh orangtua ku.
Hidup ku begitu hancur seketika kekasih ku dihajar oleh orangtua ku sendiri tepat pada lebaran tahun 2012, dunia ku kiamat, hancur dan tak tau arah jalan hidup ku. Aku pernah kabur dari rumah untuk menghindari masalah, tapi bukan jalan terbaik yang ku tempuh, mama ku tersayang pingsan seketika tau aku kabur dari rumah. Aku tak mau pulang, karena aku takut sendiri menghadapi masalah di rumah, walau pun kekasih ku bilang dia akan selalu ada untuk ku. Tapi aku takut karena tak bisa bertemu dia lagi, ketakutan ku itu terbukti, 4 hari aku dikurung di kamar karena hubungan ku yang tak di restui dan begitu ditentang oleh orangtua ku. Itu semua begitu menyakitkan. Inikah balasan tuhan terhadap cinta ku..?
Tepat 15 oktober 2013, 4 tahun ku jalani cinta yang ditentang oleh orangtua ku. Entah apa lagi yang bakal terjadi pada hidup ku ini. Ku ingin terlepas dari semua ini, tapi semua tak berakhir juga. Cinta yang tak direstui. Siapa yang harus ku pilih antara orangtua dan perasaan ku sendiri?



Semuanya berawal dari suatu yang tak terduga, sesuatu yang dirasa tak mungkin kini sekarang telah menjadi mungkin. Entah apa yang terjadi sesuatu baru saja terjadi dalam hidup.
“Kamu apa kabar?” Katanya memulai di percakapan telepon seluler.
“Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?”
“Aku juga baik-baik saja kok, hemm kamu mau meneruskan studi atau mau bekerja?” Tanyanya mengenai diriku.
“Aku bekerja, kamu bagaimana? Pasti lanjut studi ya? Aku sih memilih bekerja dulu siapa tau aku bisa mengumpulkan uang dari hasil bekerjaku untuk di masa yang akan datang, amin.” Jelasku, ya mungkin itu apa yang aku rasakan, mungkin juga ada faktor lain yang menghambat keinginanku berlanjut ke bidang studi.
“Amin. Semoga bisa tercapai keinginanmu, kalau aku sih aku mau pending dulu lah. Hehe” Katanya yang membuatku agak tidak suka “seperti tidak ada kerjaan saja” pikirku dalam hati.
Ya begitu banyak percakapan yang aku dan dia buat di dalam sebuah telepon genggam, awalnya aku tak percaya ketika ia berani untuk meminta nomorku dan mamberiku sebuah pesan singkat yang dikirimkannya untukku. Dia adalah teman semasa kecilku ketika aku menduduki bangku SMP di sebuah sekolah yang berbasis Islam. Dia adalah orang yang dulu aku kenal dengan kebiasaan jahilnya yang benar-benar ia lakukan yang bisa membuatku tertawa. Cukup aneh jika aku merasakan dulu ada sesuatu yang berbeda terhadap aku dengannya.
“Kamu mau ikut gak?” Tanyaku di sebuah pesan singkat.
“Kemana?” Jawabnya singkat.
“Kita-kita mau ke berkumpul di rumah Ara, kamu mau ikut gak? Kan katanya kamu kangen temen-temen MTs.”
“Iya sudah, nanti kita janjian aja ya? Soalnya aku enggak tau rumahnya dimana?”
“Ya udah, janjian di Proklamasi ya, jangan jauh-jauh kan malem. Rumahnya di Merdeka kok, apa kamu langsung aja kesana?”
“Aku tau Merdeka tapi aku enggak tau dimana rumahnya.”
“Ya udah tunggu aja di situ, nanti aku suruh Ara aja yang nyamperin kamu.”
“Oke oke, jam berapa itu?”
“Nanti aku kabarin ya.”
Tiba saatnya aku pergi ke rumah Ara, meski hanya sekedar berkumpul, akan tetapi itu sangat bermakna untukku. Waw.. dia yang aku lihat, dia yang aku tau, dan dia yang aku kenal ketika MTs kini berubah menjadi seorang remaja laki-laki yang menurut ku memang pantas terjadi ketika dewasa. Salah satunya dia bertambah tinggi, dan tinggi sekali melewati diriku.
“Cie cie teman lama bertemu kembali…” Ledek Ara yang membuat dia dan salah seorang temannya menjadi salting (salah tingkah).
“Apa sih Ara, hahaha” Jawab si Dia.
“Ciee sok sokan gak tau gituuu tuh..” Lanjut Ara.
“Berisik banget Ara, hahaha..” Sambung ku yang meledek balik Ara.
Beberapa hari kemudian telah berlangsung, aku dan dia sudah jarang berkomunikasi saat dia menyatakan perasaannya kepadaku. Aku merasa apakah aku memberinya sebuah harapan padahal yang ku inginkan adalah sebuah persahabatan? Ya dulu aku menyukainya, sampai saat ini, dia adalah salah seorang yang membuatku rindu akan bertanya-tanya bagaimana kabarnya. Tapi aku merasa aku tak mau memberikannya sebuah harapan, meski begitu ketika masih kami berkomunikasi.
Tring tring tring…
Bunyi hapeku ada pesan yang biasanya tak ada ketika aku sedang bersama orang yang aku sayangi, yaitu kekasihku.
“Siapa itu lihat?” Katanya sambil melihat handphone yang baru saja aku keluarkan dari sebuah tas yang ku bawa.
“Oh, bukan siapa-siapa kok, temanku mengirim pesan.”
“Iya siapa? Coba aku lihat.” Sambungnya lagi sambil merebut handphone yang aku pegang.
“Oh, Cie ada cowok yang SMS kamu nih, aku balas ya?”
“Ih jangan ngapain sih bales SMS dia, biarin aja diemin aja SMSnya, lagi juga Cuma bilang selamat pagi doing kok.”
“Oh belain temen kamu ya? Ya udah maaf ya aku salah, ini handphone aku kembalikan.” Katanya sambil mengembalikan handphoneku ke tanganku.
“Hayo kita pulang.” Sambungnya lagi.
“Kita cukup sampai disini saja ya, aku minta maaf kalau selama ini aku salah.” Kata temanku yang tiba-tiba memberikanku pesan.
“Maksud kamu?”
“Iya aku mau menjauh dari kamu, aku gak suka dituduh-tuduh begitu.”
“Maafin dia ya, dia memang begitu, tapi kamu gak tau gimana sebenernya dia sekarang, dia lebih dari aku, aku sama kamu kan hanya berteman, kenapa kamu mau jauhin aku?”
“Iya udah aku mau begitu aja, mungkin hanya aku yang mengerti perasaan aku.”
“Maafin dia yaaa..” Kataku aku yang memang tidak menyukai orang yang seperti itu, kalau dia tahu yang sebenarnya mungkin dia akan merasakan apa yang aku rasa. Ucap ku dalam hati.
Dan dia pun tak membalas pesanku. Kekasihku pun juga mulai dengan kebiasaannya yang sudah mulai berubah semenjak dia memulai studinya di sebuah Universitas Swasta di daerah Bogor. Tak tahu aku mengapa ia mulai berbeda apakah karena ia sibuk dengan tugas yang deadline itu ataukah ia sibuk bersama teman-temannya, sungguh dia berubah 100% buatku.
Entah, aku semakin terguncang, jiwa dan fikiranku tak stabil. Apa yang aku rasakan mungkin tak dirasakan oleh orang lain yang memiliki perasaan sama denganku. Aku butuh seorang teman, teman untuk bercerita sebagaimana aku bisa meluapkan semuanya. Tapi aku fakir “Siapa yang bisa aku ajak bercerita? Toh mereka teman-temanku sudah sibuk dengan dunianya, begitu juga dengan kekasihku, sama sekali sudah tak peduli akan kehadiranku meski aku hanya memberinya sebuah pesan.”
Yaa mungkin dari sebagian orang ini seperti anak kecil, tapi apakah salah jika hal ini aku yang rasakan?
Apakah aku tak pantas seperti mereka?
Setidaknya aku paham, bahwa di dunia ini yang benar-benar peduli terhadap diriku adalah orangtuaku, meskipun mereka juga tak tahu apa yang aku rasakan.



Dunia begitu indah bagi ku, setiap detik dalam hidup ku begitu berarti saat aku mengenalnya dan menjadi kekasih hatinya, bagaimana tak ku katakan seperti itu, dia lelaki yang bernama Zul fikar dan biasa aku sapa dengan sebutan ival mewarnai hidup ku dengan caranya.
Hari ini adalah hari jadi kami yang ke lima tahun, banyak cerita yang kami ukir ada tangis, tawa, cemburu dan curiga melengkapi perjalanan kisah cinta yang kami bangun.
07 agustus 2009
Menjadi hari bahagia kami, di mana hari ini kami terikat dalam sebuah pernikahan, tak ada acara mewah seperti pesta pernikahan pada umumnya, akad nikah kami di hadiri hanya oleh beberapa kerabat saja, yang membuat aku sedih tak ada Ayah dan Ibu serta orangtua Ival menyaksikan saat kami syah menjadi pasangan suami istri.
Seminggu setelah acara itu Ibu mertua ku datang meminta Ival meninggalkan ku,
“saya mau kalian bercerai” pinta mertua ku dengan lantang pada ku
“kenapa kami harus bercerai?” tanya ku menahan emosi
“karena kalian berbeda” jawabnya dengan begitu jelas di kuping ku, membuat ku serasa tak menginjakkan kaki lagi di bumi, perbedaan sosial memaksa kami untuk berpisah, mengapa harus ada perbedaan ini.
Dengan wajah pucat aku berlari menuju kamar ku menumpahkan air mata ku di pelukan suami ku yang sedang tertidur pulas.
“kamu kenapa?” tanyanya menghapus air mata ku
“apa benar kita harus berpisah?”
“siapa yang mengatakan itu pada kamu?”
“Ibu kamu” jawab ku singkat masih dengan air mata ku.
Usia pernikahan kami telah 21 hari, tak ada masalah yang begitu besar menerpa rumah tangga kami. Namun, mengapa tiba tiba dia menghilang tak memberi kabar sampai akhirnya aku menemui dia di sebuah rumah kost dekat dari kampusnya, terkejutnya aku bukan main ketika ku minta dia kembali pada ku dan menjelaskan mengapa dia meninggalkan ku tanpa kabar, bukan pelukan hangat yang aku dapat. Tapi rasa sakit yang seakan membuat ku lumpuh.
“mulai detik ini kita bukan suami istri lagi” ucapnya tanpa perduli bagaimana perasaan ku saat ia menjatuhkan talak pada ku di depan sahabatnya,
“kenapa kau lakukan ini?” tanya ku menahan dengan bercucuran air mata
“karena kita berbeda!”
“oke, aku mau diceraikan oleh kamu. Tapi, kita harus selesaikan di pengadilan” kata ku menatapnya tajam,
“kita ini bukan artis, jadi buat apa ke pengadilan, intinya hari ini kita sudah bercerai” pernyataan terakhir yang ku dengar dari bibirnya dan kemudian dia meninggalkan ku sendiri terduduk di hadapan pintu kamarnya.
Mengapa pernikahan ini hanya bertahan 21 hari? kenapa harus berakhir karena perbedaan?.
TAMAT
Cerpen Karangan: Ayu Wulandari
Facebook: Mullan Wullan